Ardha hanya tak mengerti akan situasi saat ini. Yang dia tahu hanyalah bahwa Bu April masih perduli pada ia dan teman-temannya. Walaupun mereka dipermalukan didepan kelas. Setidaknya itu yang dapat dia simpulkan dari perkataan bapaknya selama ini, "Bapak marah sama kamu berarti bapak masih perduli. Coba kalau bapak sudah gak perduli, bapak diamin kamu. Mau ngapain saja terserah". Baginya sangat mengerikan rasanya 'didiamkan'. Itu lebih menyakitkan. Terakhir kali ibunya pernah begitu marah hingga Ardha 'didiamkan'. Serasa tidak dianggap ada. Tidak diperdulikan. Maka dari itu, walaupun kata-kata Bu April seakan menohok ulu hatinya. Seakan-akan ia satu-satunya murid paling tak beretika. Tapi ia berusaha meyakinkan diri. Semua itu dilakukan gurunya karena ia masih disayang, masih diperdulikan. Seperti itulah penafsiran yang coba ia bangun selama ia dihukum didepan kelas sekarang.
Entah teman-temannya tahu atau tidak, gadis itu sering terlambat akhir-akhir ini bukan karena ia memang telat datang. Meskipun sebelum-sebelumnya geng itu sering telat melakukan ini-itu. Telat bangun, mengantri mandi di kamar mandi asrama, bersiap, telat sarapan pagi, dan aktivitas lainnya. Bukan karena itu, melainkan karena ada tugas yang harus dilakukannya. Menjaga ruangan multimedia sekolah tersebut, ruangan yang seolah menjadi warnet sekolahnya. Ia disana untuk membantu kakak kelasnya. Pekerjaannya selama sebulan ini. Ah tapi apa mau dikata, ia sudah terkena cipratan omelan ibu keduanya disekolah.
Sebelum kelas bubar, Bu April membagikan kertas hasil tugas pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan pagi itu. Mereka satu persatu maju untuk mengambilnya. Tiba nama Ardha dipanggil, dia menunduk tak berani melihat Bu April. Setelah mengucap terimakasih ia kembali sambil memperhatikan kertas yang digenggamnya tersebut. Disudut atas kertas double folio itu tertulis coretan pena merah, nilai Ardha beserta sebaris catatan kecil dari beliau.
Esok hari, ia katakan pada penanggung jawab untuk undur diri. Ingin kembali fokus sekolah. Syukurnya ia mendapat upah sepuluh ribu rupiah atas bantuannya menjaga ruangan multimedia sebulan ini. Sudah cukup menyenangkan juga ia bisa mengakses banyak hal secara gratis disana.
Sementara kedua temannya tak terima. Jelas karena mereka juga sering menemani Ardha.
"Kamu kan hampir sebulan ini bantu jaga, sampai malam pula. Ih, kok cuma dikasih segitu ya? Sampai dimarahi ibu guru penjaga asrama. Dipermalukan lagi kemarin dikelas. Sabar ya, dha," ujar Icha sambil menepuk pelan pundak Ardha. Sedangkan Yanda mengangguk membenarkan.
Mereka bertiga sudah sejak lama bersama. Geng Bodo yang cukup dikenal seangkatannya. Ardha, Yanda dan Icha. Mereka sudah terbiasa bersusah senang bersama. Sebagai teman satu kamar asrama dan satu kelas pula. Maka dari itu mereka juga mengerti apa yang dirasakan Ardha. Biarpun orang lain menilai apa, geng mereka adalah geng yang cukup solid.
"Demi pena dan apa yang ditulisnya. Bacalah, semoga bermanfaat!" ...... . www.prakerja.go.id
Wednesday, December 24, 2014
Yakin
Menjadi hakim untuk orang lain lebih mudah dari menghakimi diri sendiri.
Menasehati orang lain lebih mudah dari menasehati diri sendiri.
Memotivasi orang lain lebih mudah pula daripada diri sendiri.
Semua kekuatan itu, dorongan itu, motivasi itu..
Gali lah dari dalam hatimu yang terdalam ndhuk !
Maka nanti kau akan menemukan inti dari kehidupan ini,
ialah 'keyakinan'. Modal terbesar makhluk.
***
Menasehati orang lain lebih mudah dari menasehati diri sendiri.
Memotivasi orang lain lebih mudah pula daripada diri sendiri.
Semua kekuatan itu, dorongan itu, motivasi itu..
Gali lah dari dalam hatimu yang terdalam ndhuk !
Maka nanti kau akan menemukan inti dari kehidupan ini,
ialah 'keyakinan'. Modal terbesar makhluk.
***
Mungkin benar kata bapak,
"Allah memang Mahakuasa, tapi makhluk juga harus berusaha".
Hanya saja, usaha terpenting yang harus kulakukan pertama kini ialah..
Tancapkan keyakinanmu secara utuh ! Dan apapun hasilnya, yakinlah. Pasti pilihan-Nya yang terbaik.
"Allah memang Mahakuasa, tapi makhluk juga harus berusaha".
Hanya saja, usaha terpenting yang harus kulakukan pertama kini ialah..
Tancapkan keyakinanmu secara utuh ! Dan apapun hasilnya, yakinlah. Pasti pilihan-Nya yang terbaik.
Thursday, December 18, 2014
Biji Sawi 1
Pagi itu mereka terlambat lagi. Padahal mereka tinggal di asrama, dekat sekali jaraknya dengan sekolah. Tak butuh waktu lama tuk sampai, berjalan pun paling hanya menghabiskan waktu beberapa menit saja. Entah sudah yang keberapa kalinya mereka seperti itu ditahun pertama menjadi murid sekolah menengah atas.
Geng beranggotakan tiga gadis muda itu cukup dikenal semua guru di sekolah pinggir kota tersebut. Seperti kebanyakan orang yang lebih cepat mengenal personal yang terbaik maupun yang terburuk. Maka, citra geng tersebut saat ini masuk kedalam kategori mudah dikenal karena karakternya yang kurang baik. Sungguh sayang seribu sayang.
Ardha lupa mimpi apa ia semalam. Sudah kesekian kalinya geng mereka terlambat datang, guru-guru enjoy saja menyilahkan mereka masuk. Biasa saja, tak marah atau bahkan tak acuh. Tapi hari ini berbeda dengan hari sebelumnya. Tak sama. Saat kaki-kaki kecil itu baru memasuki kelas hendak berjalan menuju bangku kosong, Bu April bersuara tegas, "Jangan duduk dulu, silahkan berdiri didepan kelas!"
Mengheningkan seketika murid-murid yang sebelumnya sempat berbisik, tak fokus belajar.
Yang menjadi objek pembicaraan pun segera paham, menurut meski dengan wajah tak suka.
Jelas sekali, sepertinya mereka akan dipermalukan pagi itu.
Dan memang benar, semprotan kata demi kata mengalir lancar untuk mereka bertiga, aktris kelas X-1. Bu April nampak seperti meluapkan amarahnya selama ini kepada geng 'Bodo' yang beranggotakan si juara sekolah. Hingga dipuncaknya, suara lembut itu menjadi semakin berat
" Lebih baik saya mengajar anak-anak yang ber-IQ biasa tapi rendah hati daripada mengajar anak-anak pintar tapi tak mau diajar, kurang beretika. Kalian pikir kami para guru biasa ini harus menghamba-hambakan diri untuk murid seperti itu?"
Pertanyaan itu serasa menusuk tajam telinga Ardha. Wajahnya kebas dalam tundukan. Ia tahu maksud dari gurunya.
Tak ada murid yang berani menjawab. Kelas kembali hening untuk beberapa saat. Hingga akhirnya Bu April kembali berbicara untuk mempersilahkan mereka ikut belajar meski dengan duduk lesehan didepan kelas. Malu sekali mereka pagi itu. Geram, ingin marah.
Geng beranggotakan tiga gadis muda itu cukup dikenal semua guru di sekolah pinggir kota tersebut. Seperti kebanyakan orang yang lebih cepat mengenal personal yang terbaik maupun yang terburuk. Maka, citra geng tersebut saat ini masuk kedalam kategori mudah dikenal karena karakternya yang kurang baik. Sungguh sayang seribu sayang.
Ardha lupa mimpi apa ia semalam. Sudah kesekian kalinya geng mereka terlambat datang, guru-guru enjoy saja menyilahkan mereka masuk. Biasa saja, tak marah atau bahkan tak acuh. Tapi hari ini berbeda dengan hari sebelumnya. Tak sama. Saat kaki-kaki kecil itu baru memasuki kelas hendak berjalan menuju bangku kosong, Bu April bersuara tegas, "Jangan duduk dulu, silahkan berdiri didepan kelas!"
Mengheningkan seketika murid-murid yang sebelumnya sempat berbisik, tak fokus belajar.
Yang menjadi objek pembicaraan pun segera paham, menurut meski dengan wajah tak suka.
Jelas sekali, sepertinya mereka akan dipermalukan pagi itu.
Dan memang benar, semprotan kata demi kata mengalir lancar untuk mereka bertiga, aktris kelas X-1. Bu April nampak seperti meluapkan amarahnya selama ini kepada geng 'Bodo' yang beranggotakan si juara sekolah. Hingga dipuncaknya, suara lembut itu menjadi semakin berat
" Lebih baik saya mengajar anak-anak yang ber-IQ biasa tapi rendah hati daripada mengajar anak-anak pintar tapi tak mau diajar, kurang beretika. Kalian pikir kami para guru biasa ini harus menghamba-hambakan diri untuk murid seperti itu?"
Pertanyaan itu serasa menusuk tajam telinga Ardha. Wajahnya kebas dalam tundukan. Ia tahu maksud dari gurunya.
Tak ada murid yang berani menjawab. Kelas kembali hening untuk beberapa saat. Hingga akhirnya Bu April kembali berbicara untuk mempersilahkan mereka ikut belajar meski dengan duduk lesehan didepan kelas. Malu sekali mereka pagi itu. Geram, ingin marah.
Seperti Mentari
Engkau itu harusnya seperti mentari.
Jika pun harus tenggelam disuatu tempat, maka ia akan terbit ditempat lainnya.
Engkau itu harusnya seperti mentari.
Yang akan selalu menyinari sekitar dengan segala kebaikan dan manfaat yang dapat diberikannya.
Yang akan selalu menghangatkan yang lain dalam dekapan erat ukhuwahnya.
Dimanapun dan kapanpun, selalu berusaha membiaskan cahaya kebaikannya tanpa lelah.
Engkau itu harusnya seyakin mentari.
Jika satu pintu tertutup, maka sebenarnya satu pintu lain sedang terbuka.
Jika satu kesempatan hilang, pun satu kesempatan lain justru akan bermunculan.
Takkan ada rasa putus asa. Takkan ada rasa kecewa.
Takkan pula berlarut-larut dalam kesedihan dan lagi kegelisahan.
Hanya keyakinan dan rasa percaya akan janji-janji kehidupan yang baik.
Hanya itulah yang akan kau temukan disana, dibenaknya.
Dibenak mereka yang mencahaya bagai mentari.
Dibenak mereka yang tenang nan teguh dengan keyakinan terhadap janjiNya.
Hey, haruskah ku katakan lagi?
Kau.. belajarlah pada mereka yang berjiwa mentari.
Kemudian bersinarlah seperti bintang besar itu,
dan rangkul lah yang lainnya,
agar langit bernama kehidupan ini
semakin terang benderang dengan berjuta bintang yang menghiasimya.
Jika pun harus tenggelam disuatu tempat, maka ia akan terbit ditempat lainnya.
Engkau itu harusnya seperti mentari.
Yang akan selalu menyinari sekitar dengan segala kebaikan dan manfaat yang dapat diberikannya.
Yang akan selalu menghangatkan yang lain dalam dekapan erat ukhuwahnya.
Dimanapun dan kapanpun, selalu berusaha membiaskan cahaya kebaikannya tanpa lelah.
Engkau itu harusnya seyakin mentari.
Jika satu pintu tertutup, maka sebenarnya satu pintu lain sedang terbuka.
Jika satu kesempatan hilang, pun satu kesempatan lain justru akan bermunculan.
Takkan ada rasa putus asa. Takkan ada rasa kecewa.
Takkan pula berlarut-larut dalam kesedihan dan lagi kegelisahan.
Hanya keyakinan dan rasa percaya akan janji-janji kehidupan yang baik.
Hanya itulah yang akan kau temukan disana, dibenaknya.
Dibenak mereka yang mencahaya bagai mentari.
Dibenak mereka yang tenang nan teguh dengan keyakinan terhadap janjiNya.
Hey, haruskah ku katakan lagi?
Kau.. belajarlah pada mereka yang berjiwa mentari.
Kemudian bersinarlah seperti bintang besar itu,
dan rangkul lah yang lainnya,
agar langit bernama kehidupan ini
semakin terang benderang dengan berjuta bintang yang menghiasimya.
Tentang Mata dan Hati
Kemungkinan demi kemungkinan bisa saja terjadi.
Akan lebih baik jika mata ini dipelihara sebaik mungkin.
Melihat hanya yang berhak dilihat.
Dimanapun-- Dunia nyata, maya, fikiran --dimanapun.
Menundukkan pandangan adalah suatu bentuk kehormatan.
Seperti seorang ratu yang senantiasa dihormati.
Maka tak semua mata bisa bebas memandang.
Pula, menjaga pandangan orang lain juga penting.
dengan tidak menunjukkan keindahan yang mestinya terjaga.
Agar tak mengundang mata-mata tuk memandang.
Mengamati keindahan yang bukan haknya dengan semaunya.
Ini tugas kita semua,
Tugas tuk semua laki-laki & wanita yang percaya akan janji kehidupan yg baik.
Menjaga kehormatan diri dan mencegah berkurangnya kehormatan diri.
Hey, ayo saling ingatkan sesama.
Biar hati-hati dengan mata.
Lebih hati-hati lagi dengan mata hati.
***
[Peraturan Cahaya ke- 30 & 31]
Wednesday, December 10, 2014
Hati-hati dengan hati
Harus hati-hati dengan pilihan hati ya..
Tapi, berhati-hatilah ketika hati kita sudah tertutup kabut dosa.
Maka hati, sang nakhoda atas gerak tubuh kita, akan berkurang fungsinya.
Moga selalu ditetapkan hati kita didalam kebenaranNya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di -rahimahullah- berkata:
"Hati yang lurus adalah hati yang apabila ia mengetahui sebuah kebenaran lalu mengikutinya. Dan apabila mengetahui sebuah kebathilan lalu meninggalkannya."
~Al Qawaidul Hasan
Kebenaran itu ialah segala kebenaran yang dibenarkan Allah, termaktub dalam Qur'an dan hadist.
Tak peduli berjuta manusia mengatakan suatu hal adalah benar, tapi di mata Allah itu tetap salah, maka hal tersebut tetaplah salah. Tak peduli meski banyak orang yang berusaha membela dan membenarkan. Pun begitu pula sebaliknya.
Apa yang membuat hatimu gelisah (syak), barangkali itu pertanda bahwa yang engkau lakukan itu merupakan kesalahan.
"Istafti qalbak"
Tanyakan kepada hati kecilmu. Karena hati ialah seonggok daging kita yang selalu terhubung dengan sang Penciptanya. Seonggok gumpalan darah itu, bila ia masih bersih, maka fungsinya untuk membedakan mana yang baik dan yang benar akan berjalan dengan baik.
"Hati yang lurus adalah hati yang apabila ia mengetahui sebuah kebenaran lalu mengikutinya. Dan apabila mengetahui sebuah kebathilan lalu meninggalkannya."
~Al Qawaidul Hasan
Kebenaran itu ialah segala kebenaran yang dibenarkan Allah, termaktub dalam Qur'an dan hadist.
Tak peduli berjuta manusia mengatakan suatu hal adalah benar, tapi di mata Allah itu tetap salah, maka hal tersebut tetaplah salah. Tak peduli meski banyak orang yang berusaha membela dan membenarkan. Pun begitu pula sebaliknya.
Apa yang membuat hatimu gelisah (syak), barangkali itu pertanda bahwa yang engkau lakukan itu merupakan kesalahan.
"Istafti qalbak"
Tanyakan kepada hati kecilmu. Karena hati ialah seonggok daging kita yang selalu terhubung dengan sang Penciptanya. Seonggok gumpalan darah itu, bila ia masih bersih, maka fungsinya untuk membedakan mana yang baik dan yang benar akan berjalan dengan baik.
Tapi, berhati-hatilah ketika hati kita sudah tertutup kabut dosa.
Maka hati, sang nakhoda atas gerak tubuh kita, akan berkurang fungsinya.
Moga selalu ditetapkan hati kita didalam kebenaranNya.
Kisah Sang Penjahit
Aku ingin bercerita, mengulang cerita lebih tepatnya.
Silahkan dibaca jika luang.
***
Alkisah di zaman dahulu kala, ada seorang penjahit di sekitar Jazirah Arab.
Sebut saja beliau sebagai Abdullah. (Karena aku juga tak tahu pasti namanya :D)
Beliau penjahit yang cukup dikenal ahli disana. Banyak orang yang percaya untuk menjahitkan pakaiannya kepada penjahit tersebut. Pun karena memang hasil jahitan beliau juga baik.
Silahkan dibaca jika luang.
***
Alkisah di zaman dahulu kala, ada seorang penjahit di sekitar Jazirah Arab.
Sebut saja beliau sebagai Abdullah. (Karena aku juga tak tahu pasti namanya :D)
Beliau penjahit yang cukup dikenal ahli disana. Banyak orang yang percaya untuk menjahitkan pakaiannya kepada penjahit tersebut. Pun karena memang hasil jahitan beliau juga baik.
Dari kebanyakan pelanggan beliau, tersebutlah seorang dari kaum
seberang yang juga sering memberikan kain untuk dijahitkan oleh beliau.
Kita sebut saja dia si pria dari kaum seberang ini sebagai si Fulan. Dia
selalu menjahitkan pakaiannya di tempat Abdullah.
Ah, tapi apa spesialnya langganan satu ini dari pelanggan jahitannya yang lain sehingga harus kuceritakan?
Bedanya adalah, si Fulan ini selalu membayar Abdullah atas hasil jahitannya dengan uang palsu. Selalu saja begitu sejak awal. Tak pernah ditolak sekalipun uang palsu yang ia jadikan sebagai alat pembayaran tersebut. Makanya ia tak pernah berhenti untuk menjahitkan pakaiannya pada Abdullah.
Hingga suatu waktu, Abdullah harus keluar kota dan meninggalkan urusan jahit-menjahit kepada asistennya. Maka, ketika itu, datanglah si Fulan yang hendak mengambil barang jahitannya. Dan seperti biasa, ia berikan uang palsu yang selama ini digunakannya untuk membayar ongkos jahitan.
Pada saat itu juga, saat asistennya tersebut mengetahui bahwa uang yang akan digunakan untuk membayar itu adalah uang palsu, maka si Fulan ditolaknya. Fulan akhirnya pulang tanpa membawa barang jahitannya. Meski awalnya ia juga sempat heran. Selama ini tak pernah ada penolakan dari Abdullah ketika ia membayar dengan uang palsu.
Ketika Abdullah selesai dari tugasnya dan kembali pulang, sang asistennya dengan mantap dan bersemangat melaporkan usaha penipuan yang telah digagalkannya tersebut.
Dan tahukah kalian?
Si asisten tersebut justru dimarahi oleh Abdullah!
"Apa salah saya tuan sehingga anda marah ketika saya menolak si Fulan tersebut? Padahal dia kan membayar dengan uang palsu?" tanya asistennya heran.
"Ya. Anda tidak salah. Hanya saja kurang benar. Saudaraku, jangan engkau berpikiran selama ini aku tak tahu bahwa ia selalu membayarku dengan uang palsu. Aku tahu kalau ia selalu berusaha menipuku. Dan aku memang selalu menerima uang yang diberikannya hanya saja aku tak pernah memakainya.
Uang palsu itu.. Aku langsung membuangnya kesumur setiap aku mendapatkannya. Kenapa? Tentu saja agar tak ada lagi orang lain yang tertipu akibat uang palsu miliknya. Cukup hanya aku saja. Coba kau bayangkan saat ini, mungkin diluar sana, uang yang tadi kau tolak mungkin saja bukan ia gunakan untuk menipu yang lainnya?" jelas Abdullah kecewa.
Asistennya tersebut hanya terdiam membenarkan perkataan tuannya.
***
Thanks for reading.
#SalamIQRO!
[|RIS]
Ah, tapi apa spesialnya langganan satu ini dari pelanggan jahitannya yang lain sehingga harus kuceritakan?
Bedanya adalah, si Fulan ini selalu membayar Abdullah atas hasil jahitannya dengan uang palsu. Selalu saja begitu sejak awal. Tak pernah ditolak sekalipun uang palsu yang ia jadikan sebagai alat pembayaran tersebut. Makanya ia tak pernah berhenti untuk menjahitkan pakaiannya pada Abdullah.
Hingga suatu waktu, Abdullah harus keluar kota dan meninggalkan urusan jahit-menjahit kepada asistennya. Maka, ketika itu, datanglah si Fulan yang hendak mengambil barang jahitannya. Dan seperti biasa, ia berikan uang palsu yang selama ini digunakannya untuk membayar ongkos jahitan.
Pada saat itu juga, saat asistennya tersebut mengetahui bahwa uang yang akan digunakan untuk membayar itu adalah uang palsu, maka si Fulan ditolaknya. Fulan akhirnya pulang tanpa membawa barang jahitannya. Meski awalnya ia juga sempat heran. Selama ini tak pernah ada penolakan dari Abdullah ketika ia membayar dengan uang palsu.
Ketika Abdullah selesai dari tugasnya dan kembali pulang, sang asistennya dengan mantap dan bersemangat melaporkan usaha penipuan yang telah digagalkannya tersebut.
Dan tahukah kalian?
Si asisten tersebut justru dimarahi oleh Abdullah!
"Apa salah saya tuan sehingga anda marah ketika saya menolak si Fulan tersebut? Padahal dia kan membayar dengan uang palsu?" tanya asistennya heran.
"Ya. Anda tidak salah. Hanya saja kurang benar. Saudaraku, jangan engkau berpikiran selama ini aku tak tahu bahwa ia selalu membayarku dengan uang palsu. Aku tahu kalau ia selalu berusaha menipuku. Dan aku memang selalu menerima uang yang diberikannya hanya saja aku tak pernah memakainya.
Uang palsu itu.. Aku langsung membuangnya kesumur setiap aku mendapatkannya. Kenapa? Tentu saja agar tak ada lagi orang lain yang tertipu akibat uang palsu miliknya. Cukup hanya aku saja. Coba kau bayangkan saat ini, mungkin diluar sana, uang yang tadi kau tolak mungkin saja bukan ia gunakan untuk menipu yang lainnya?" jelas Abdullah kecewa.
Asistennya tersebut hanya terdiam membenarkan perkataan tuannya.
***
Thanks for reading.
#SalamIQRO!
[|RIS]
Renungan Bunda Tentang Ayah
Anakku...
Memang ayah tak mengandungmu,
tα̇pi darahnya mengalir didarahmu, namanya melekat dinamamu...
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu...
Nak...
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah kau dalam do'anya selalu ada namamu disebutnya...
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman...
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaannya dia takut tak sanggup melepaskanmu...
Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri...
Bunda hanya ingin kau tahu nak...
bahwa...
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda...
Anakku...
Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu... Maka hormati dan sayangi ayahmu...
(copas)
Oleh: Ustadz Firanda Andirja, MA.
Memang ayah tak mengandungmu,
tα̇pi darahnya mengalir didarahmu, namanya melekat dinamamu...
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu...
Nak...
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah kau dalam do'anya selalu ada namamu disebutnya...
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman...
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaannya dia takut tak sanggup melepaskanmu...
Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri...
Bunda hanya ingin kau tahu nak...
bahwa...
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda...
Anakku...
Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu... Maka hormati dan sayangi ayahmu...
(copas)
Oleh: Ustadz Firanda Andirja, MA.
Selamat menyejarah teman...
Sosok yang dirindukan, meski begitu singkat tapi ia mampu menyejarah..
Umar ibn Abdul Aziz.
Pemimpin yang dirindukan.
Dengan zaman kepemimpinan sekarang ini, yang mungkin banyak terselip kekurang-baikan pemerintah, janganlah kita semua mencerca dan pesimis. Apalagi sampai mengambil golongan putih..
Karena belum tentu semuanya sama,
masih akan selalu ada orang-orang baik yang Allah swt sisipkan ditengah mereka untuk menjadi sang pembenah.
“Maa laa tudraku kulluhu, fa laa tutraku kulluh..
Apa yang tak bisa didapatkan sepenuhnya, jangan ditinggalkan semuanya.”
Atau jika memang pada akhirnya sudah tak ada lagi kebaikan dari pemerintah kita, maka curigalah..
Barangkali kita yang Allah tunjuk dimasa depan untuk menjadi lilin penerang dalam kegelapan zaman..
Menjadi penebar cahaya kebaikan.
Semua mungkin terjadi, kita takkan pernah tahu masa depan kita.
Selamat menyejarah teman...
Namun untuk menyejarah, kita perlu "kesempatan dan kesiapan".
Bila memang saat ini kesempatan belum Allah swt hadirkan,
maka siapkanlah diri untuk kelak tampil menyejarah.
Umar ibn Abdul Aziz.
Pemimpin yang dirindukan.
Dengan zaman kepemimpinan sekarang ini, yang mungkin banyak terselip kekurang-baikan pemerintah, janganlah kita semua mencerca dan pesimis. Apalagi sampai mengambil golongan putih..
Karena belum tentu semuanya sama,
masih akan selalu ada orang-orang baik yang Allah swt sisipkan ditengah mereka untuk menjadi sang pembenah.
“Maa laa tudraku kulluhu, fa laa tutraku kulluh..
Apa yang tak bisa didapatkan sepenuhnya, jangan ditinggalkan semuanya.”
Atau jika memang pada akhirnya sudah tak ada lagi kebaikan dari pemerintah kita, maka curigalah..
Barangkali kita yang Allah tunjuk dimasa depan untuk menjadi lilin penerang dalam kegelapan zaman..
Menjadi penebar cahaya kebaikan.
Semua mungkin terjadi, kita takkan pernah tahu masa depan kita.
Selamat menyejarah teman...
Namun untuk menyejarah, kita perlu "kesempatan dan kesiapan".
Bila memang saat ini kesempatan belum Allah swt hadirkan,
maka siapkanlah diri untuk kelak tampil menyejarah.
Monday, December 8, 2014
Prologue of Mardhatillah Seeker
Gadis itu menoleh sejenak,
“Tidak apa-apa. Aku hanya merasa bahwa aku ini sepertinya.
Sedikit saja hembusan angin menerpa. Aku akan dapat beterbangan kemana-mana.
Dasar makhluk memang lemah !
Tapi syukurlah, dengan adanya hembusan kecil itu, aku jadi bisa tersadar tentang kelemahan sejatiku. Bahwa aku memang lemah sebagai makhluk.
Lagipula, aku memang seharusnya bersyukur, kan?
Meski harus terpisah, hembusan kecil itu justru menerbangkanku untuk menemukan jalan baru. Bahkan membawa ku ke tempat tumbuh berkembang yang baru. Yang lebih baik.
Ya. Hembusan kecil itu lagipula cukup menyejukkan.
Hembusan kecil itu, takdir Tuhanku Yang Maha Baik.”
“Tidak apa-apa. Aku hanya merasa bahwa aku ini sepertinya.
Sedikit saja hembusan angin menerpa. Aku akan dapat beterbangan kemana-mana.
Dasar makhluk memang lemah !
Tapi syukurlah, dengan adanya hembusan kecil itu, aku jadi bisa tersadar tentang kelemahan sejatiku. Bahwa aku memang lemah sebagai makhluk.
Lagipula, aku memang seharusnya bersyukur, kan?
Meski harus terpisah, hembusan kecil itu justru menerbangkanku untuk menemukan jalan baru. Bahkan membawa ku ke tempat tumbuh berkembang yang baru. Yang lebih baik.
Ya. Hembusan kecil itu lagipula cukup menyejukkan.
Hembusan kecil itu, takdir Tuhanku Yang Maha Baik.”
[IRIS]
Saturday, December 6, 2014
Keep Calm
Langit memang tak selalu cerah,
tapi langit juga takkan terus menerus mendung..
Jalan hidup memang tak selalu lurus,
tapi ia juga takkan selalu berkelok..
Beginilah roda kehidupan yang akan selalu berputar,
maka itu...
bila sedang berada diatas kita tidak boleh terlalu bahagia & sombong..
dan bila dibawah, kita jua tak boleh terlalu terlarut duka cita..
Apapun yg terjadi, teruslah bersyukur pada-Nya..
[QS.Ibrahim:7]
dan bila perlu minta tolonglah pada-Nya dgn sabar & sholat,
[QS.2:153]
Karena semua kejadian pasti ada hikmahnya,
Allah Maha Tahu.. sedangkan kita tidak...
"Jika kebahagiaan ibarat sinar matahari dan kesedihan ibarat rintik air hujan.
Sungguh, kita memerlukan keduanya tuk melihat indahnya pelangi,"
Sungguh, berhusnuzhan kepada Allah akan mampu meneguhkan iman, menumbuhkan kesabaran dan mengusir hazan di dalam hati.
Mengingat,
"Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku"
Keep positif thinking!
tapi langit juga takkan terus menerus mendung..
Jalan hidup memang tak selalu lurus,
tapi ia juga takkan selalu berkelok..
Beginilah roda kehidupan yang akan selalu berputar,
maka itu...
bila sedang berada diatas kita tidak boleh terlalu bahagia & sombong..
dan bila dibawah, kita jua tak boleh terlalu terlarut duka cita..
Apapun yg terjadi, teruslah bersyukur pada-Nya..
[QS.Ibrahim:7]
dan bila perlu minta tolonglah pada-Nya dgn sabar & sholat,
[QS.2:153]
Karena semua kejadian pasti ada hikmahnya,
Allah Maha Tahu.. sedangkan kita tidak...
"Jika kebahagiaan ibarat sinar matahari dan kesedihan ibarat rintik air hujan.
Sungguh, kita memerlukan keduanya tuk melihat indahnya pelangi,"
Sungguh, berhusnuzhan kepada Allah akan mampu meneguhkan iman, menumbuhkan kesabaran dan mengusir hazan di dalam hati.
Mengingat,
"Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku"
Keep positif thinking!
Tetaplah Kokoh!
Semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin yang bertiup.
Andaipun dedaunannya harus berguguran, tetaplah kokoh.
Mengakar dengan kuat, mencengkeram erat bumi.
Cengkeramlah seerat mungkin keteguhan mu, keyakinanmu, ndhuk.
Setiap ujian yang melanda, pasti ada hikmah yang selalu tersembunyi disebaliknya.
Setiap kesusahan yang menimpa, pasti akan ada kemudahan yang 'kan menanti.
Pasti. Mungkin jika tidak hari ini, esok atau lusa, kita pasti akan menyadarinya.
Pasti. Yakin saja pada Tuhanmu. Yakinlah pada Allah selalu, ndhuk.
Bertahanlah karena kau ber-Tuhan!
[IRIS]
Andaipun dedaunannya harus berguguran, tetaplah kokoh.
Mengakar dengan kuat, mencengkeram erat bumi.
Cengkeramlah seerat mungkin keteguhan mu, keyakinanmu, ndhuk.
Setiap ujian yang melanda, pasti ada hikmah yang selalu tersembunyi disebaliknya.
Setiap kesusahan yang menimpa, pasti akan ada kemudahan yang 'kan menanti.
Pasti. Mungkin jika tidak hari ini, esok atau lusa, kita pasti akan menyadarinya.
Pasti. Yakin saja pada Tuhanmu. Yakinlah pada Allah selalu, ndhuk.
Bertahanlah karena kau ber-Tuhan!
[IRIS]
Subscribe to:
Posts (Atom)